These are the few of the stories I read this week that impacted me, a white woman in her 50’s with dyslexia and ADD, who writes for kids, who is in the beginning stages of starting her own business…
Bagaimana rasanya mencintai sesuatu?
Tanah air, agama, seseorang, dan seterusnya.
Apa kau berani mati untuknya?
Atau kau mau hidup karenanya?
Apa kesamaan antara keduanya?
Apa perbedaannya?
Ada yang jadi lilin untuk api
yang melahap habis dirinya.
Hidup untuk sesuatu yang lain,
yang mengisap seluruh dirinya.
Ia menyebut, begitulah mencintai sesuatu.
Tapi ia tak menyebut bagaimana rasanya.
Apakah ia senang melakukan itu semua?
Apa ia bahagia?
Setelah semua tawa,
dan kesenangan lainnya,
semua akan berbaring
lelah, sendirian,
dan–
Di kedai ini aku bicara pada semua orang.
Berjalan dari satu kerumunan ke lain kerumunan.
Di mulut dan telingaku kami bertukar kisah-kisah
dan keluh kesah.
Namun jauh dalam diri aku terus bertanya-tanya:
apa aku sedang gembira atau aku mati-matian
sedang menginginkannya?
Kenapa kesepian begitu menyesakkan,
atau kenapa setiap meja dan orang-orangnya
terasa seperti apotek dengan obat-obatan
yang menyembuhkan satu penyakit namun
menambah lebih banyak efek samping.
Aku ingin punya cukup tenaga
untuk bercakap lama-lama dengan langit.
Atau berkawan dengan hamparan batu nisan.
Tapi aku benci terus-terusan mendengar gema suaraku,
atau melihat pantulan pikiranku sendiri.
Aku ingin tahu bedanya jalan
ke kedai kopi dan ke TKP tabrak lari.
Semua hari terasa sama.
Tak ada selamat pagi, dan
selamat malammu terus
membentur dinding.
Apa seseorang masih menggenggam tanganmu,
menyeka keringat di dahimu, dan mengusap pipimu?
Kita tidak cukup mati untuk mengubur diri sendiri,
meski tak cukup hidup untuk terus berlari.
Katamu, berjalan, berjalanlah.
Di bawah sore berwarna tomat mentah
atau bakaran matahari purwakarta jam sebelas pagi.
Mandi, gosok gigi, patah hati lagi.
Makan, merokok, minum kopi, patah hati lagi.
Jangan mati. Jangan mati hari ini.
Ia akan selalu tampak indah, agung, dan menyentuh.
Kau selalu nyaris menangis saat memandangnya.
Antara keharuan, atau perasaaan kerdil dalam dirimu
kau bandul yang berayun di antara keduanya
Kau berjaga di luar kedai. Mobil-mobil bersirine hilir mudik,
ambulan, pemadam kebakaran, mobil patroli, dan arakan pejabat,
terdengar sama sakitnya. Sama gawatnya.
Andai seseorang duduk di sampingmu,
maukah kau berhenti berpikir untuk berada dalam salah satunya?
Terutama ambulan dan mobil patroli.
Aku harap ada di sana. Kita lakukan hal lain.
Mendengar lagu-lagu dari playlist-mu atau
sekadar bengong sepertimu.
Menghitung lalu lalang mobil “tahu bulat”.
Menyesap bir dari dalam tumbler.
Merayakan daya hidup mereka
yang sama semenjananya seperti kita.
Menulis puisi bisa jadi bersiap mati,
bersurat pada diri lain yang tak pernah mengerti
satu katapun dari kamus hidup orang-orang
yang telah mati.
Kau bertanya apa ada diri lain sepertimu.
Yang sama laparnya, sama putus asanya,
sama sakitnya denganmu.
Betapa menyenangkan bisa bertemu
sesama pencari sebelum mati.
Anehnya, aku lebih takut pada Allah daripada negara
aku berani meledek keduanya dalam kerumunan
tapi aku takut menyebut-Nya “sialan”
saat sedang sendirian.
4
kau suka membayangkannya sebagai seseorang
yang menyukai coklat hangat sebelum sikat gigi
dan memelukmu dan memintamu membacakan dua-tiga
judul puisi pilihanmu sebelum matanya dikecup kantuk
kau takut menjadi diri sendiri,
meski tak tahan menjadi orang lain
tidak ada yang bertanya padamu
“apa kau ingin pelukan” atau
“apa kamu lebih suka susu dalam kopi pekatmu?”
kau ingin mengangguk pada keduanya.
kesepian lebih baik dinikmati
bersama seseorang yang kau sukai
“hai, senang bisa menikmati
kesepian ini denganmu.”
Kuharap seseorang atau aku lebih
sering mengatakannya padamu
Aku juga sudah bosan dengan
orang di seberang cermin.
I remember catching the 1st predator on TV one Friday when I was bored during my teenage years and still to this day I cannot lie, it’s one of Arnold Schwarzeneggers better films in his filmography…
. I was so angry I decided then I would not put another penny in their ponies Bryon exactly just taken away. Then on the Bigfoot is Real And He Tried to Eat My Ass shirt as I never received a letter…
The University of Michigan Sustainable Food Program (UMSFP) recently hosted its 8th annual Harvest Festival, at the Campus Farm, to celebrate the harvest season with music, food, and a host of food…